Kamis, 24 September 2015

Bahasa Indonesia dan Jurnalistik

       Dunia jurnalistik adalah dunia yang berhubungan dengn media massa. Serta berhubungan langsung dengan khalayak. Maka dari itu hendaklah bahasa yang digunakan adalah bahasa yang familiar atau bahasa yang dekat ditelinga masyarakat pembaca, pendengar atau pemirsanya. Selain bahasanya yang harus familiar bahasa dalam media juga harus sederhana, mengapa? Karena mengingat tingkat pengetahuan pembaca, pendengar, ataupun pemirsa berbeda-beda. Pembaca media mencakup semua kalangan, dari kalangan atas hingga kalangan bawah, jadi bahasa dalam media harus pas dengan bahasa sehari-hari, bahasa yang sering didengar dan akrab ditelinga masyarakat pembaca.
          Bagi para jurnalis bahasa adalah senjata penting yang harus ada. Dan jurnalis juga harus pandai merangkai kata-kata karena kata adalah peluru bagi penulis dalam media. Hanya dengan kata-kata penulis dapat mempengaruhi pikiran, suasana hati, para pembaca, pendengar, ataupun para pemirsanya. Selain kata-kata yang akan menjadi perhatian pembaca padanan kata, kalimat, paragraf, gaya bahasa tentu saja menjadi penentu dalam kepandaian penulis dalam menguasai tata cara penulisan yang baik. Bahasa jurnalistik juga tentu harus menarik, segar dan berkarakter serta lugas dan simpel. Kalimatnya pun harus logis, dinamis, demokratis serta populis. Setiap kata dalam dunia jurnalistik harus bermakna. Perkembangan bahasa jurnalistik pada era ini berkembang sangat pesat, dibuktikan dengan bermunculannya bahasa baru yang menjamur dalam masyarakat. Bahasa jurnalistik selalu mengalami perkembangan disettiap proses nya.
          Namun perkembangan yang pesat itu tidak didukung dengan kemampuan penulis dalam memahami kaidah penulisan kalimat dan bahasa yang baik. Bahasa yang seharusnya digunakan adalah bahasa yang baik serta benar sesuai bahasa indonesia dan baku. Maka dari itu, berdasarkan kenyataan ini penulis mencoba mengulas secara detail mengenai bahasa indonesia baku dan penggunaannya dalam dunia jurnalistik dalam bentuk makalah dengan judul “Bahasa Indonesia dan Jurnalistik”.
A. Pengertian bahasa jurnalistik
       Bahasa jurnalistik adalah gaya bahasa yang digunakan wartawan dalam menulis berita. Disebut juga bahasa komunikasi massa (Language of Mass Communication, disebut pula Newspaper Language), yakni bahasa yang digunakan dalam komunikasi melalui media massa, baik komunikasi lisan (tutur) di media elektronik maupun komunikasi tertulis dengan ciri khas singkat, padat, dan mudah dipahami. Bahasa jurnalistik memiliki sifat-sifat khas yang singkat, padat, sederhana, lancar,jelas, lugas, menarik, dan netral. Namun tetap berdasar kepada bahasa baku.
Pengertian menurut para ahli:
Menurut Rosihan Anwar, bahasa jurnalistik adalah satu ragam bahasa yang digunakan wartawan yang memiliki sifat-sifat khas singkat, padat, sederhana, lancar, jelas, lugas, serta menarik. Berbeda dengan Prof. F. Wojowasito, bahasa jurnalistik adalah bahasa komunikasi massa sebagai tampak dalam harian-harian dan majalah-majalah. Menurut M. Wonohito (bahasa surat kabar) bahasa jurnalistik adalah suatu jenis bahasa tertulis yang memiliki sifat-sifatnya dengan bahasa sastra, bahasa ilmu atau bahasa buku pada umumnya. Kurniawan Junaedhie (Ensiklopedia Pers Indonesia) bahasa jurnalistik adalah bahasa yang digunakan oleh penerbitan pers. Bahasa yang mengandung makna informatif, persuasif, dan yang secara konsensus merupakan kata-kata yang bisa dimengerti secara umum, harus singkat namun jelas dan tidak bertele-tele.
Bahasa Baku
       Bahasa baku adalah bahasa yang digunakan oleh masyarakat paling luas pengaruhnya dan paling besar wibawanya. Bahasa ini digunakan dalam situasi resmi, baik lisan maupun tetulis. Bahasa baku menjalankan empat fungsi, yaitu:
Pertama, pemersatu. Kedua, penanda kepribadian. Ketiga, penambah wibawa. Keempat, kerangka acuan.
Acuan penulis dalam menulis
          Rosihan Anwar (2004) menmberikan beberapa patokam dalam menggunakan bahasa jurnalistik.
·         Gunakan kalimat-kalimat pendek
·         Gunakan bahasa biasa yang mudah dipahami orang
·         Gunakan bahasa sederhana dan jernih pengutaraannya
·         Gunakan bahasa tanpa kalimat majemuk
·         Gunakan kalimat aktif, bukan pasif.
·         Gunakan bahasa padat dan kuat
·         Gunakan bahasa positif, bukan negatif
Karakteristik Bahasa Jurnalistik
     Secara seksama, bahasa jurnalistik dapat dibedakan berdasarkan bentuknya, yaitu Bahasa Jurnalistik Media Cetak, Bahasa Jurnalistik Radio, Bahasa Jurnalistik Televisi, Bahasa Jurnalistik Media Online Internet. Terdapat 17 karakteristik Bahasa Jurnalistik yang berlaku untuk semua jenis media tersebut. Yaitu:
ü  Sederhana
ü  Singkat
ü  Padat
ü  Lugas
ü  Jelas
ü  Jernih
ü  Menarik
ü  Demokratis
ü  Populis
ü  Logis
ü  Gramatikal
ü  Menghindari kata tutur
ü  Menghindari kata dan istilah asing
ü  Mengutamakan kalimat aktif
ü  Menghindari kata atau istilah teknis
ü  Tunduk kepada kaidah etika
          Media massa memang tidak pernah lepas dari yang namanya Bahasa Indonesia. Media massa mengambil peran besar dalam mempengaruhi pola tingkah laku masyarakat. Terutama dalam segi bahasa. Bahasa yang digunakan di media massa semuanya akan ditiru oleh masyarakat, baik yang asing maupun yang lokal. Masyarakat tentu saja tidak menyaring terlebih dahulu sebelum mereka mengucapkan apa yang mereka ucapkan. Bahasa yang mereka dapat dari media adalah bahasa yang masyarakat anggap benar. Jadi, bahasa yang media suguhkan berpengaruh besar bagi pembaca, pendengar, dan pemirsa. Sehingga, bahasa yang digunakan oleh media adalah bahasa yang benar, baik, dan sesuai kaidah. Selain mendapat informasi masyarakat juga tanpa sadar telah belajar bahasa yang benar dan ikut melestarikan bahasa indonesia. Dan, tulisan yang disajikan akan menarik dan indah jika sesuai dengan aturan menulis, dan aturan tata bahasa yang ada.
        Bagi para jurnalis yang berada pada bidangnya hendaknya memperhatikan dan mendalami tentang bagaimana cara membuat sebuah tulisan yang menarik dan sesuai dengan kaidah penulisan. Agar tidak terjadi hal-hal yang salah seperti gagal menyampaikan makna tulisan kepada pembaca, pendengar, dan pemirsanya. Karena, bahasa indonesia pada media mencerminkan terjaganya bahasa indonesia. Jika bahasa media baik berarti bahasa bangsa juga baik.
          Bahasa indonesia menjadi erat kaitannya dengan jurnalistik, karena bidang ini bekerja dengan pola susunan kata. Jurnalistik adalah bidang yang banyak melakukan olah kata, jadi seorang jurnalis dituntut harus benar-benar mampu menguasai semua hal yang berkaitan dengan bahasa, Tentu saja bahasa indonesia. Penggunaan bahasa yang berkualitas dan berkarakter akan membuat kualitas tersendiri bagi tulisan yang dihasilkan. Penulisan karya tulis para jurnalis yang baik akan terlihat melalui penggunaan kalimat dan diksi yang dipakai. Susunan kata yang dipadankan secara baik akan mencerminkan seorang penulis yang baik pula. Jadi untuk para jurnalis muda terutama sangat dianjurkan untuk memahami kaidah bahasa yang baik. Ketika setiap aturan dan kaidah yang dianjurkan telah diterapkan, maka sangat mungkin karya yang luar biasa akan tercipta. Dan tentu saja tidak akan terjadi kesalahan dalam penyampaian makna kepada pembaca, pendengar, dan pemirsa. Dan menjadi salah satu pilihan tetap para penikmat berita terutama.



Senin, 14 September 2015

Perspektif Komunikasi dalam Kajian Sosiologi



Peran penting dalam hal bersosialisasi adalah efektivitas dalam berkomunikasi, dimana, terjadi proses penyampaian isi pernyataan dari satu individu kepada individu lain atau dari kelompok masyarakat yang satu kepada masyarakat lainnya. Ilmu komunikasi dipandang penting oleh berbagai disiplin keilmuan, salah satunya adalah sosiologi. Kajian multidisiplin meletakkan bagaimana ilmu komunikasi dan sosiologi mampu bersinergi dalam persoalan sosial di masyarakat. Bagaimana pandangan anda mengenai hal ini ?

Rabu, 08 Juli 2015

Haruskah Media Massa Yang di Salahkan?



Bahasa sebagai alat komunikasi antara anggota masyarakat berupa simbol bunyi yang dihasilkan oleh alat ucap manusia. Sering  kali kita berkomunikasi pada teman, orangtua, saudara, ataupun siapa saja yang sedang berkomunikasi dengan kita sselalu menggunakan bahasa dalam penyampaiannya, bahasa kian hari kian berfariasi dan semakin berkembang hingga saat ini. Hal ini dikarenakan karena banyaknya factor yang bermacam macam, salah satunya yang berperan dalam perubahan bahasa adalah media massa. kenapa media massa di sebut sebagai cermin bahasa masyarakat?. Media massa adalah suatu media yang di gunakan sebagai penyampaian berbagai informasi mengenai berbagai hal dalam bidang apa saja ekonomi, politik, social dan banyak lainnya. Pada media massa dalam penyampaian sebuah berita kepada khalayak selalu menggunakaan bahasa, baik media massa cetak, maupun media massa elektronik.
Bahasa pada media massa cetak khususnya yang keraap menjadi perhatian kita semua , bagaimana tidak. Media massa yang sering kita lihat dan baca yang ternyata justru dapat memperburuk penggunaan bahasa masyarakat sehari–hari. Namun apakah media massa yang harus di salahkan ? kesalahan pada bahasa di media massa memang tidak sewajarnya di tampilkan namun kesalahan kesalahan sebagian itu juga tak semuanya di kesalahan pada wartawan. Wartawan di tuntut untuk mencari sebuah berita dengan waktu yang cepat dan tidak bole terlalu lama ,karena suatu berita yang menarik adalah berita yang baru saja terjadi. Dengan adanya keterbatasan waktu terkadang memang membuat seorang wartawan kewalahan untuk menulis sebuah berita belum lagi mereka harus memilih diksi pada kalimat, yang nantinya ketika di baca khalayak dari semua kalangan mengerti dengan maksud dari berita tersebut.
Media massa memiliki pengaruh besar terhadap bahasa masyarakat.sering kita lihat bahwa penulisan pada media massa cetak seperti Koran, majalah dll,yang masi saaja saalah dalam ejjaan yang di sempurna , apakah hal ini adalah kesalahan murni dari wartawan? Jawabanya aadalah belum tentu , karena seorang wartawan bertugas untuk mencari sebuah berita dan menuliskan berita itu kembali dalam bentuk tuisan . namun sebelum di terbitkan atau di tulis ada editor yang mengedit berita yang di buat oleh wartawan. Disini kita sudah bisa menyimpulkan kesalahan bahasa atau ejaan pada bahasa media massaa tidak di sebabkan karna wartawaan nya saja. media massa yang memberikan segala informasi mengenai kejadian kejadian yang biasanya baru dan baru hangat hangatnya di beritakan. Namun media masa juga harus kerap memperhatikan sebuah tutur bahasa dan pengejaan pada sebuah berita yang baik .
Pada sebuah berita wartawan juga kerap di tuntut untuk memeliki keahlian dalam pemilihan diksi (kata) pada kalimat. Hal itu agar mewujudkan berita dan isi yang ada pada sebuah berita dapat di mengerti oleh khalayak. Karena seperti yang kita ketahui tidak semua masyarakat yang memiliki pendidikan tinggi. Hendaknya penulisan kata pada berita di media massa harus lebih memperhatikan bahasa Indonesia yang baik dan benar. Ketika media massa cetak memberikan kata yang salah pada berita atau kata kata yang baru di kenal yng semestinya kurang baik dan tidak termasuk dalam bahasa Indonesia yang baik dan benar, membuat masyarakat atau khalayak akan meniru, mengingat Koran atau media massa lainnya sering di baca oleh khalayak. Walaupun media massa sudah tak memakai kata itu namun di kalangan masyarakat justru membuming. Inilah yang menyebabkan masyarakat terpengaruh oleh bahasa yang ada pada media massa.
Peran media massa sebagain cermin bahasa pada masyarakat. Namun media massa serta kru yang mengikut serta dalam penulisan berita hendaknya lebih selektif lagi untuk menampilkan kata kata yang baru. Tidak bisa di pungkiri lagi masi banyak beberapa media massa cetak yang menggunakan kata kata baru yang akhirnya akan di pergunakan oleh masyarakat dalam bahasa sehari hari.hal ini membuat kita harus lebih selektif memilih urat kabar yang akan kit abaca. Tidak hanya itu kita sebagai masyarakat hendaknya dapat memfilter mana kata yang baik kita tiru dan mana kata yang tidak baik kita gunakan .
Namun apakah media massa yang menjadi sebab terjadinya perubahan bahasa pada masyarakat? Bagi para penulis ,jurnalistik ,wartawan mereka menganggap bahwa bahasa adalah sebuah senjata mereka untuk menarik perhatian khalayak yang membacanya. Dengan bahasa itulaah penulis dapat mempengaruhi suasana hati, pikiran, dan gejolak perasaan si pembaca maupun pendengar. Karena ini penulis harus memiliki keahlian dalan kosa kata yang baik dan benar yang menganut pada bahasa Indonesia yang baik dan benar.dalam bahasa jurnalistik setiap kata harus mengandung sebuah makna, bertenaga, agar daapat membuat pembaca atau pendengar ikut merasakan suasana yang di ceritakan dalam berita .hal ini yang menuntut penulis membuat kata kata yang baru yang dapat menarik perhatian khalayak, namun kata yang seperti apa yang pantas untuk di tampilkan dalam berita, penulis harus lebih selektif lagi dalam mengarang atau membuat kata kata yang baru. Yang nantinya akan di jadikan atau di tiru sebagai bahasa sehari – hari dalam masyarakat.
Terkadang penulis tidak hanya mengeluarkan kata kata baru, namun juga memakaian kata yang tdak pada tempatnya. Kata kata yang kurang pantas untuk di dengar maupun di baca yang seharusnya masi ada kata yang pantas dan layak menggantikan kata pada sebuah kalimat. Seperti yang saya temui pada Koran RB dengan judul berita “ Mobil Truk Cium Rumah Warga” pada kalimat itu kata cium tidak sepantasnya di tuliskan pada kalimat tersebut. Kata cium bermakna berbeda di situ seharusnya penulis menuliskan kata tabrak atau menumbur. Ini yang di katakana penulisan sebuah berita harus menarik. Namun menarik bukan berati denga kata kata yang tidak tepat penggunaannya.
Tidak hanya pada kesalaahan penempatan kata yang tidak tepat pada kalimat saja, namun juga kerap kita lihat penulis yang kurang teliti dalam penulisan berita sehingga terjadinya kata yang salah salah, penulisan yang salah salah juga.hal ini di sebab kan karena keterbatasan waktu yang menuntut penulis untuk segera menjadikan sebuah berita baru saja berita terjadi wartawan harus di kejar kejar untuk membuat berita. Hal ini menyebabkan kesalahan pada penulisan kata yang ada pada sebuah berita.
Di sini hendaknya media massa harus menjaga bahasa Indonesia yang baik dan benar dengan lebih selektif lagi dalam pemilihan kata yang digunakaan saat pembutan berita, serta mengutamakan bahasa Indonesia yang baik dan benar  .agar peranan media massa sebagai cermin bahasa, dapat di terima dengan baik .
Namun masyarakat juga harus pandai dalam memilah memilih kata kata yang seharusnya di tiru pada media massa, sekiranya tidak baik tidak perlu di pakai dalam bahasa sehari hari.hal ini agar mengurangi bahasa Indonesia yang kurang baik, dan tidak adnya kesalahan media massa maupun khalayaknya.  Agar Peran media massa yang mempengaruhi bahasa masyarakat yang menggunakan bahasa yang baik dan benar akan terwujud.


Rabu, 01 Juli 2015

Luqman, Mengejar Mimpi Sampai ke Amerika









“Membangun rancangan mimpi itu tidak mudah, menuliskannya saja membuat tangan saya bergetar... takut tidak bisa mewujudkannya. Namun saya percaya bersama kesulitan ada kemudahan.  Itu yang membuat saya yakin mampu mewujudkan mimpi-mimpi saya”
Luqman Arjasari Asa adalah satu dari sekian banyaknya orang-orang yang mempunyai mimpi hingga akhirnya ia dapat mewujudkan mimpinya. Pria kelahiran Bengkulu, yang akrab sapa Luqman merupakan mahasiswa program studi Teknik Elektro Fakultas Teknik Universitas Bengkulu angkatan tahun 2012.  Pria yang  usianya masih sangat muda ini, 21 tahun merupakan anak pertama dari tiga bersaudara. Terlahir dari keluarga yang memiliki ekonomi menengah kebawah, membuat Luqman harus berusaha agar dapat memenuhi cita-cita besarnya.Berbekal kemauan yang kuat serta tekat yang bulat, ia berhasil membuktikan bahwa sang pemimpi dapat mewujudkan mimpinya berkuliah di Amerika Serikat.
Didalam kamarnya yang tak terlalu besar, hanya berukuran 3x4 inilah tempat luqman membangun rancangan  mimpi dan masa depannya. Menuliskan impian besarnya untuk pergi ke Amerika dan menempuh pendidikan di sana. Ia menuliskan mimpi pada selembar kertas yang bertuliskan “Luqman, nggak tau gimana caranya... kamu harus pergi ke Amerika !” . Seperti sebuah pepatah yang mengatakan  “Pucuk dicinta Ulampun tiba”  kesempatan untuk kuliah di Amerika hadir didepan mata. Semua bermula pada akhir Januari 2013 lalu, Luqman mendapatkan informasi dari teman-temannya yang menempuh pendidikan luar negeri. Informaasi beasiswa Global Ugrade Exchange Program yang merupakan program beasiswa langsung dari pemerintah Amerika. Luqman yang saat itu masih belum PD dengan kemampuan bahasa inggrisnya yang masih dibawah standar sempat berkecil hati dan pesimis. Ia pun merenung dan mengunci diri di kamar, berusaha membangun kepercayaan dalam diri. Melalui informasi yang ia dapatkan selesksi beasiswa itu akan dilaksanakan pada bulan November di tahun yang sama. Artinya ia mempunyai waktu selama sepuluh bulan untuk berlatih dan mengembangkan kemampuan bahasa inggrisnya.
Luqman seperti tertampar kencang ketika ia meragukan kemampuan dirinya, padahal ia sendiri mengetahui ada banyak sekali rancangan-rancangan mimpi yang telah ia tulis dan ia tempelkan di dinding kamar. Mengenggam erat-erat harapannya, Luqman pun belajar keras bahasa inggris dan mencoba melatih speakingdan Conversation. Semua ia lakukan setiap hari, tiada hari tanpa bahasa inggris, mulai dari menonton video berbahasa inggris di Youtube, mendengarkan lagu-lagu berbahasa inggris,  serta mempraktekan kata-kata bahasa inggris melalui percakapan dengan teman-teman komunitasnya (KITA Club). Dalam komunitas tersebut anggota kelompok didalamnya mempunyai visi dan misi yang sama yakni mendapatkan beasiswa keluar negeri.
Waktu selama sepuluh bulan ia habiskan untuk lebih banyak belajar bahasa inggris, ia menghabiskan waktu sepanjang malam untuk belajar bahasa inggris hingga menghadap sang ilahi pada waktu sepertiga malam walaupun dampaknya IPK semester 3 harus turun drastis. Tapi itu tak membuat Luqman berkecil hati, ia tetap fokus pada tekadnya mendapatkan beasiswa ke Amerika. Hingga akhirnya usaha kerasnya berbuah manis. Ia berhasil melewati seleksi ketat dengan melengkapi persyaratan-persyaratan yang sudah menjadi harga mati. Mengalahkan ribuaan pendaftar dari berbagai universitas di seluruh Indonesia. Kesempatan langkah yang sekarang ada ditangannya, belajar 2 semester di Amerika berhasil ia wujudkan.
Tak ingin hanya memendam sendiri kesuksesannya, Luqman membentuk sebuah komunitas sang pemimpi yang ia beri nama “The Bloody Dreamers” yang merupakan wadah untuk orang-orang yang siap mewujudkan mimpinya mengejar beasiswa keluar negeri. Mamber yang tercatatpun sekarang jumlahnya sudah ratusan yang terdiri dari mahasiswa dari berbagai universitas yang ada di Kota Bengkulu.  Selain itu komunitas ini juga aktif pada kegiatan-kegiatan social seperti mengajar bahasa inggris dipanti asuhan, bersih-bersih pantai, dll