Rabu, 01 Juli 2015

Luqman, Mengejar Mimpi Sampai ke Amerika









“Membangun rancangan mimpi itu tidak mudah, menuliskannya saja membuat tangan saya bergetar... takut tidak bisa mewujudkannya. Namun saya percaya bersama kesulitan ada kemudahan.  Itu yang membuat saya yakin mampu mewujudkan mimpi-mimpi saya”
Luqman Arjasari Asa adalah satu dari sekian banyaknya orang-orang yang mempunyai mimpi hingga akhirnya ia dapat mewujudkan mimpinya. Pria kelahiran Bengkulu, yang akrab sapa Luqman merupakan mahasiswa program studi Teknik Elektro Fakultas Teknik Universitas Bengkulu angkatan tahun 2012.  Pria yang  usianya masih sangat muda ini, 21 tahun merupakan anak pertama dari tiga bersaudara. Terlahir dari keluarga yang memiliki ekonomi menengah kebawah, membuat Luqman harus berusaha agar dapat memenuhi cita-cita besarnya.Berbekal kemauan yang kuat serta tekat yang bulat, ia berhasil membuktikan bahwa sang pemimpi dapat mewujudkan mimpinya berkuliah di Amerika Serikat.
Didalam kamarnya yang tak terlalu besar, hanya berukuran 3x4 inilah tempat luqman membangun rancangan  mimpi dan masa depannya. Menuliskan impian besarnya untuk pergi ke Amerika dan menempuh pendidikan di sana. Ia menuliskan mimpi pada selembar kertas yang bertuliskan “Luqman, nggak tau gimana caranya... kamu harus pergi ke Amerika !” . Seperti sebuah pepatah yang mengatakan  “Pucuk dicinta Ulampun tiba”  kesempatan untuk kuliah di Amerika hadir didepan mata. Semua bermula pada akhir Januari 2013 lalu, Luqman mendapatkan informasi dari teman-temannya yang menempuh pendidikan luar negeri. Informaasi beasiswa Global Ugrade Exchange Program yang merupakan program beasiswa langsung dari pemerintah Amerika. Luqman yang saat itu masih belum PD dengan kemampuan bahasa inggrisnya yang masih dibawah standar sempat berkecil hati dan pesimis. Ia pun merenung dan mengunci diri di kamar, berusaha membangun kepercayaan dalam diri. Melalui informasi yang ia dapatkan selesksi beasiswa itu akan dilaksanakan pada bulan November di tahun yang sama. Artinya ia mempunyai waktu selama sepuluh bulan untuk berlatih dan mengembangkan kemampuan bahasa inggrisnya.
Luqman seperti tertampar kencang ketika ia meragukan kemampuan dirinya, padahal ia sendiri mengetahui ada banyak sekali rancangan-rancangan mimpi yang telah ia tulis dan ia tempelkan di dinding kamar. Mengenggam erat-erat harapannya, Luqman pun belajar keras bahasa inggris dan mencoba melatih speakingdan Conversation. Semua ia lakukan setiap hari, tiada hari tanpa bahasa inggris, mulai dari menonton video berbahasa inggris di Youtube, mendengarkan lagu-lagu berbahasa inggris,  serta mempraktekan kata-kata bahasa inggris melalui percakapan dengan teman-teman komunitasnya (KITA Club). Dalam komunitas tersebut anggota kelompok didalamnya mempunyai visi dan misi yang sama yakni mendapatkan beasiswa keluar negeri.
Waktu selama sepuluh bulan ia habiskan untuk lebih banyak belajar bahasa inggris, ia menghabiskan waktu sepanjang malam untuk belajar bahasa inggris hingga menghadap sang ilahi pada waktu sepertiga malam walaupun dampaknya IPK semester 3 harus turun drastis. Tapi itu tak membuat Luqman berkecil hati, ia tetap fokus pada tekadnya mendapatkan beasiswa ke Amerika. Hingga akhirnya usaha kerasnya berbuah manis. Ia berhasil melewati seleksi ketat dengan melengkapi persyaratan-persyaratan yang sudah menjadi harga mati. Mengalahkan ribuaan pendaftar dari berbagai universitas di seluruh Indonesia. Kesempatan langkah yang sekarang ada ditangannya, belajar 2 semester di Amerika berhasil ia wujudkan.
Tak ingin hanya memendam sendiri kesuksesannya, Luqman membentuk sebuah komunitas sang pemimpi yang ia beri nama “The Bloody Dreamers” yang merupakan wadah untuk orang-orang yang siap mewujudkan mimpinya mengejar beasiswa keluar negeri. Mamber yang tercatatpun sekarang jumlahnya sudah ratusan yang terdiri dari mahasiswa dari berbagai universitas yang ada di Kota Bengkulu.  Selain itu komunitas ini juga aktif pada kegiatan-kegiatan social seperti mengajar bahasa inggris dipanti asuhan, bersih-bersih pantai, dll


Tidak ada komentar:

Posting Komentar