Rabu, 08 Juli 2015

Haruskah Media Massa Yang di Salahkan?



Bahasa sebagai alat komunikasi antara anggota masyarakat berupa simbol bunyi yang dihasilkan oleh alat ucap manusia. Sering  kali kita berkomunikasi pada teman, orangtua, saudara, ataupun siapa saja yang sedang berkomunikasi dengan kita sselalu menggunakan bahasa dalam penyampaiannya, bahasa kian hari kian berfariasi dan semakin berkembang hingga saat ini. Hal ini dikarenakan karena banyaknya factor yang bermacam macam, salah satunya yang berperan dalam perubahan bahasa adalah media massa. kenapa media massa di sebut sebagai cermin bahasa masyarakat?. Media massa adalah suatu media yang di gunakan sebagai penyampaian berbagai informasi mengenai berbagai hal dalam bidang apa saja ekonomi, politik, social dan banyak lainnya. Pada media massa dalam penyampaian sebuah berita kepada khalayak selalu menggunakaan bahasa, baik media massa cetak, maupun media massa elektronik.
Bahasa pada media massa cetak khususnya yang keraap menjadi perhatian kita semua , bagaimana tidak. Media massa yang sering kita lihat dan baca yang ternyata justru dapat memperburuk penggunaan bahasa masyarakat sehari–hari. Namun apakah media massa yang harus di salahkan ? kesalahan pada bahasa di media massa memang tidak sewajarnya di tampilkan namun kesalahan kesalahan sebagian itu juga tak semuanya di kesalahan pada wartawan. Wartawan di tuntut untuk mencari sebuah berita dengan waktu yang cepat dan tidak bole terlalu lama ,karena suatu berita yang menarik adalah berita yang baru saja terjadi. Dengan adanya keterbatasan waktu terkadang memang membuat seorang wartawan kewalahan untuk menulis sebuah berita belum lagi mereka harus memilih diksi pada kalimat, yang nantinya ketika di baca khalayak dari semua kalangan mengerti dengan maksud dari berita tersebut.
Media massa memiliki pengaruh besar terhadap bahasa masyarakat.sering kita lihat bahwa penulisan pada media massa cetak seperti Koran, majalah dll,yang masi saaja saalah dalam ejjaan yang di sempurna , apakah hal ini adalah kesalahan murni dari wartawan? Jawabanya aadalah belum tentu , karena seorang wartawan bertugas untuk mencari sebuah berita dan menuliskan berita itu kembali dalam bentuk tuisan . namun sebelum di terbitkan atau di tulis ada editor yang mengedit berita yang di buat oleh wartawan. Disini kita sudah bisa menyimpulkan kesalahan bahasa atau ejaan pada bahasa media massaa tidak di sebabkan karna wartawaan nya saja. media massa yang memberikan segala informasi mengenai kejadian kejadian yang biasanya baru dan baru hangat hangatnya di beritakan. Namun media masa juga harus kerap memperhatikan sebuah tutur bahasa dan pengejaan pada sebuah berita yang baik .
Pada sebuah berita wartawan juga kerap di tuntut untuk memeliki keahlian dalam pemilihan diksi (kata) pada kalimat. Hal itu agar mewujudkan berita dan isi yang ada pada sebuah berita dapat di mengerti oleh khalayak. Karena seperti yang kita ketahui tidak semua masyarakat yang memiliki pendidikan tinggi. Hendaknya penulisan kata pada berita di media massa harus lebih memperhatikan bahasa Indonesia yang baik dan benar. Ketika media massa cetak memberikan kata yang salah pada berita atau kata kata yang baru di kenal yng semestinya kurang baik dan tidak termasuk dalam bahasa Indonesia yang baik dan benar, membuat masyarakat atau khalayak akan meniru, mengingat Koran atau media massa lainnya sering di baca oleh khalayak. Walaupun media massa sudah tak memakai kata itu namun di kalangan masyarakat justru membuming. Inilah yang menyebabkan masyarakat terpengaruh oleh bahasa yang ada pada media massa.
Peran media massa sebagain cermin bahasa pada masyarakat. Namun media massa serta kru yang mengikut serta dalam penulisan berita hendaknya lebih selektif lagi untuk menampilkan kata kata yang baru. Tidak bisa di pungkiri lagi masi banyak beberapa media massa cetak yang menggunakan kata kata baru yang akhirnya akan di pergunakan oleh masyarakat dalam bahasa sehari hari.hal ini membuat kita harus lebih selektif memilih urat kabar yang akan kit abaca. Tidak hanya itu kita sebagai masyarakat hendaknya dapat memfilter mana kata yang baik kita tiru dan mana kata yang tidak baik kita gunakan .
Namun apakah media massa yang menjadi sebab terjadinya perubahan bahasa pada masyarakat? Bagi para penulis ,jurnalistik ,wartawan mereka menganggap bahwa bahasa adalah sebuah senjata mereka untuk menarik perhatian khalayak yang membacanya. Dengan bahasa itulaah penulis dapat mempengaruhi suasana hati, pikiran, dan gejolak perasaan si pembaca maupun pendengar. Karena ini penulis harus memiliki keahlian dalan kosa kata yang baik dan benar yang menganut pada bahasa Indonesia yang baik dan benar.dalam bahasa jurnalistik setiap kata harus mengandung sebuah makna, bertenaga, agar daapat membuat pembaca atau pendengar ikut merasakan suasana yang di ceritakan dalam berita .hal ini yang menuntut penulis membuat kata kata yang baru yang dapat menarik perhatian khalayak, namun kata yang seperti apa yang pantas untuk di tampilkan dalam berita, penulis harus lebih selektif lagi dalam mengarang atau membuat kata kata yang baru. Yang nantinya akan di jadikan atau di tiru sebagai bahasa sehari – hari dalam masyarakat.
Terkadang penulis tidak hanya mengeluarkan kata kata baru, namun juga memakaian kata yang tdak pada tempatnya. Kata kata yang kurang pantas untuk di dengar maupun di baca yang seharusnya masi ada kata yang pantas dan layak menggantikan kata pada sebuah kalimat. Seperti yang saya temui pada Koran RB dengan judul berita “ Mobil Truk Cium Rumah Warga” pada kalimat itu kata cium tidak sepantasnya di tuliskan pada kalimat tersebut. Kata cium bermakna berbeda di situ seharusnya penulis menuliskan kata tabrak atau menumbur. Ini yang di katakana penulisan sebuah berita harus menarik. Namun menarik bukan berati denga kata kata yang tidak tepat penggunaannya.
Tidak hanya pada kesalaahan penempatan kata yang tidak tepat pada kalimat saja, namun juga kerap kita lihat penulis yang kurang teliti dalam penulisan berita sehingga terjadinya kata yang salah salah, penulisan yang salah salah juga.hal ini di sebab kan karena keterbatasan waktu yang menuntut penulis untuk segera menjadikan sebuah berita baru saja berita terjadi wartawan harus di kejar kejar untuk membuat berita. Hal ini menyebabkan kesalahan pada penulisan kata yang ada pada sebuah berita.
Di sini hendaknya media massa harus menjaga bahasa Indonesia yang baik dan benar dengan lebih selektif lagi dalam pemilihan kata yang digunakaan saat pembutan berita, serta mengutamakan bahasa Indonesia yang baik dan benar  .agar peranan media massa sebagai cermin bahasa, dapat di terima dengan baik .
Namun masyarakat juga harus pandai dalam memilah memilih kata kata yang seharusnya di tiru pada media massa, sekiranya tidak baik tidak perlu di pakai dalam bahasa sehari hari.hal ini agar mengurangi bahasa Indonesia yang kurang baik, dan tidak adnya kesalahan media massa maupun khalayaknya.  Agar Peran media massa yang mempengaruhi bahasa masyarakat yang menggunakan bahasa yang baik dan benar akan terwujud.


Rabu, 01 Juli 2015

Luqman, Mengejar Mimpi Sampai ke Amerika









“Membangun rancangan mimpi itu tidak mudah, menuliskannya saja membuat tangan saya bergetar... takut tidak bisa mewujudkannya. Namun saya percaya bersama kesulitan ada kemudahan.  Itu yang membuat saya yakin mampu mewujudkan mimpi-mimpi saya”
Luqman Arjasari Asa adalah satu dari sekian banyaknya orang-orang yang mempunyai mimpi hingga akhirnya ia dapat mewujudkan mimpinya. Pria kelahiran Bengkulu, yang akrab sapa Luqman merupakan mahasiswa program studi Teknik Elektro Fakultas Teknik Universitas Bengkulu angkatan tahun 2012.  Pria yang  usianya masih sangat muda ini, 21 tahun merupakan anak pertama dari tiga bersaudara. Terlahir dari keluarga yang memiliki ekonomi menengah kebawah, membuat Luqman harus berusaha agar dapat memenuhi cita-cita besarnya.Berbekal kemauan yang kuat serta tekat yang bulat, ia berhasil membuktikan bahwa sang pemimpi dapat mewujudkan mimpinya berkuliah di Amerika Serikat.
Didalam kamarnya yang tak terlalu besar, hanya berukuran 3x4 inilah tempat luqman membangun rancangan  mimpi dan masa depannya. Menuliskan impian besarnya untuk pergi ke Amerika dan menempuh pendidikan di sana. Ia menuliskan mimpi pada selembar kertas yang bertuliskan “Luqman, nggak tau gimana caranya... kamu harus pergi ke Amerika !” . Seperti sebuah pepatah yang mengatakan  “Pucuk dicinta Ulampun tiba”  kesempatan untuk kuliah di Amerika hadir didepan mata. Semua bermula pada akhir Januari 2013 lalu, Luqman mendapatkan informasi dari teman-temannya yang menempuh pendidikan luar negeri. Informaasi beasiswa Global Ugrade Exchange Program yang merupakan program beasiswa langsung dari pemerintah Amerika. Luqman yang saat itu masih belum PD dengan kemampuan bahasa inggrisnya yang masih dibawah standar sempat berkecil hati dan pesimis. Ia pun merenung dan mengunci diri di kamar, berusaha membangun kepercayaan dalam diri. Melalui informasi yang ia dapatkan selesksi beasiswa itu akan dilaksanakan pada bulan November di tahun yang sama. Artinya ia mempunyai waktu selama sepuluh bulan untuk berlatih dan mengembangkan kemampuan bahasa inggrisnya.
Luqman seperti tertampar kencang ketika ia meragukan kemampuan dirinya, padahal ia sendiri mengetahui ada banyak sekali rancangan-rancangan mimpi yang telah ia tulis dan ia tempelkan di dinding kamar. Mengenggam erat-erat harapannya, Luqman pun belajar keras bahasa inggris dan mencoba melatih speakingdan Conversation. Semua ia lakukan setiap hari, tiada hari tanpa bahasa inggris, mulai dari menonton video berbahasa inggris di Youtube, mendengarkan lagu-lagu berbahasa inggris,  serta mempraktekan kata-kata bahasa inggris melalui percakapan dengan teman-teman komunitasnya (KITA Club). Dalam komunitas tersebut anggota kelompok didalamnya mempunyai visi dan misi yang sama yakni mendapatkan beasiswa keluar negeri.
Waktu selama sepuluh bulan ia habiskan untuk lebih banyak belajar bahasa inggris, ia menghabiskan waktu sepanjang malam untuk belajar bahasa inggris hingga menghadap sang ilahi pada waktu sepertiga malam walaupun dampaknya IPK semester 3 harus turun drastis. Tapi itu tak membuat Luqman berkecil hati, ia tetap fokus pada tekadnya mendapatkan beasiswa ke Amerika. Hingga akhirnya usaha kerasnya berbuah manis. Ia berhasil melewati seleksi ketat dengan melengkapi persyaratan-persyaratan yang sudah menjadi harga mati. Mengalahkan ribuaan pendaftar dari berbagai universitas di seluruh Indonesia. Kesempatan langkah yang sekarang ada ditangannya, belajar 2 semester di Amerika berhasil ia wujudkan.
Tak ingin hanya memendam sendiri kesuksesannya, Luqman membentuk sebuah komunitas sang pemimpi yang ia beri nama “The Bloody Dreamers” yang merupakan wadah untuk orang-orang yang siap mewujudkan mimpinya mengejar beasiswa keluar negeri. Mamber yang tercatatpun sekarang jumlahnya sudah ratusan yang terdiri dari mahasiswa dari berbagai universitas yang ada di Kota Bengkulu.  Selain itu komunitas ini juga aktif pada kegiatan-kegiatan social seperti mengajar bahasa inggris dipanti asuhan, bersih-bersih pantai, dll