Minggu, 06 Februari 2022

BAHASA INDONESIA RAGAM JURNALISTIK

 

BAHASA INDONESIA RAGAM JURNALISTIK
Oleh: Khaerudin Kurniawan
Abstrak
Bahasa jurnalistik adalah bahasa yang digunakan oleh wartawan jurnalis dalam menuliskan karya-karya jurnalistik, seperti surat kabar, majalah, atau tabloid. Bahasa jurnalistik harus jelas dan mudah dipahami oleh pembaca dengan ukuran intelektual minimal, sehingga mudah dipahami isinya. Namun demikian, bahasa jumalistik juga harus mengikuti kaidah-kaidah norma-norma bahasa.

Bahasa jurnalistik memiliki ciri-ciri yang khas: singkat, padat, sederhana, lugas, menarik, lancar. dan jelas. Oleh karena itu, bahasa jurnalistik sangat mengutamakan kemampuan untuk bisa menampilkan semua informasi yang dibawanya kepada pembaca secepatnya atau bahasa yang lebih mengutamakan daya komunikasinya.

Bahasa jurnalistik yang ditulis dalam bahasa Indonesia harus dapat dipahami oleh pembaca di seluruh Indonesia. Jika media massa menggunakan salah satu dialek tertentu, besar kemungkinannya tulisan dalam media massa tersebut tidak dapat dipahami oleh pembaca di seluruh nusantara. Oleh karena itu, bahasa Indonesia ragam jurnalistik juga dituntut kebakuannya sesuai dengan kaidah bahasa Indonesia baku.


A. Pendahuluan

Setelah kita berada dalam jarak 76 tahun lebih menghirup alam kemerdekaan dari para pendahulu kita yang sangat peduli terhadap martabat bahasa Indonesia itu, mari kita bersama-sama merefleksi apakah keyakinan dan harapan mereka itu sudah terwujud dengan baik? Sudahkah bahasa Indonesia ragam jurnalistik itu digunakan dengan efektif dan efisien?. Bahasa Indonesia ragam jurnalistik seyogyanya didefinisikan juga sebagai alat untuk mencerdaskan kehidupan bangsa. Bahasa jurnalistik merupakan alat komunikasi para jurnalis yang harus disampaikan dengan cara yang selaras dengan cita-cita dan selera khalayak umum. Jurnalis harus menguasai bahasa jurnalistik yang efektif dan efisien, yang mempunyai ciri-ciri: singkat, padat, sederhana, lugas, menarik, lancar, dan jelas.

Bahasa jurnalistik merupakan salah satu varian bahasa Indonesia. Bahasa jurnalistik merupakan bahasa komunikasi massa yang digunakan oleh wartawan dalam surat kabar, majalah, atau tabloid. Dengan demikian, bahasa jurnalistik harus jelas dan mudah dipahami oleh masyarakat (pembaca) dengan ukuran intelektual minimal, sehingga mereka yang dapat membaca mampu menilai isinya. Bahasa jurnalistik juga harus sesuai dengan norma-norma, kaidah-kaidah bahasa (Anwar 1979:1)

Bahasa jurnalistik menurut Rosihan Anwar adalah bahasa yang digunakan oleh wartawan (jurnalis) dalam menulis karya-karya jurnalistik di media massa. Jadi, hanya bahasa Indonesia pada karya-karya jumalistik sajalah yang bisa dikatakan atau digolongkan sebagai bahasa jumalistik atau bahasa pers, bukan karya-karya opini (artikel, esai). Oleh karena itu, jika ada wartawan yang juga menulis puisi, cerpen, esai, dan artikel, karya-karyanya ini tak dapat digolongkan sebagai karya jurnalistik. Bahasa yang dipakai jumalis dalam menulis puisi, cerpen, artikel, atau esai tak dapat digolongkan sebagai bahasa jumalistik karena hal itu memiliki varian tersendiri.

B. Ciri-ciri Bahasa Ragam Jurnalistik

1. Ciri-ciri Umum
Bahasa jumalistik memiliki sifat-sifat yang khas: singkat, padat,
sederhana, lugas, menarik, linear, dan jelas (Badudu, 1988: 138). Ciri-ciri tersebut harus dipenuhi oleh bahasa jumalistik, bahasa surat kabar, mengingat surat kabar dibaca oleh lapisan masyarakat yang tidak sarna tingkat pengetahuannya, dari warga masyarakat yang berpendidikan dasar sampai dengan warga masyarakat yang berpendidikan tinggi. Di samping itu, tidak semua orang harus menghabiskan waktunya hanya untuk membaca surat kabar. Oleh karena itu, bahasa jurnalistik sangat mengutamakan kemampuan untuk bisa menyampaikan semua informasi yang dibawanya kepada pembaca secepatnya. Dengan kata lain, bahasa jurnalistik lebih mengutamakan daya komunikasinya.

Contohnya:
IP1N berkabung, bangsa Indonesia berduka. Sebuah pesawat CN-235
versi militer yang sedang melakukan uji dan latihan penerjunan kargo jatuh di Gorda, Serang, Jawa Barat, kemarin 22/5) pukul 13.28 WIB. (Republika, 23 Mei 1997).
Contoh kalimat di atas menunjukkan bahwa bahasa jumalistik
mengutamakan daya kekomunikasian. Hal ini ditunjukkan dengan kepadatan, kesederhanaan, dan kelugasan pemakaian kalimat dan pilihan kata yang linear dan jelas: IPTN berkabung, bangsa Indonesia berkabung, dan seterusnya, sehingga pembaca dapat memahami dan mengikuti infonnasi yang disampaikan.

2. Ciri-ciri Khusus

a. Singkat
Bahasa jumalistik harus singkat, artinya bahasa jumalistik har
us menghindari penjelasan yang panjang-panjang dan bertele-tele.
Contohnya: .
Sekjen Wanhankamnas melaporkan bahan-bahan yang telah terkumpul
untuk disumbangkan sebagai bahan GBHN. Wanhankamnas juga ingin mendengarkan pandangan-pandangan Presiden Soeharto dan pengalamannya memimpin negara, termasuk melaksanakan pembangunan. (Suara Karya, 24 Mei 1997)
Contoh tersebut menunjukkan pemakaian kalimat yang tidak singkat,
seperti: Wanhankamnas juga ingin mendengarkan pandangan-pandangan Presiden Soeharto dan pengalamannya memimpin negara, termasuk melaksanakan pembangunan. Ketidaksingkatan itu ditunjukkan dengan pengulangan kata "Wanhankamnas", padahal kata itu dapat diganti dengan kata "juga", misalnya.

Adapun contoh kalimat yang singkat seperti berikut:
Badan Pembinaan Hukum Nasional dirasakan belum mampu bekerja
optimal. Ini terbukti dari tak banyaknya produk hukum yang dihasilkan atau dikaji badan ini. (Kompas, 30 Mei 1997). Kata pengganti "ini" pada kalimat kedua digunakan untuk menggantikan kata "Badan Pembinaan Hukum Nasional".

b. Padat
Bahasa ju
rnalistik juga harus padat, artinya bahasa jumalistik yang singkat itu harus sudah mampu menyampaikan informasi yang selengkap-lengkapnya dan sepadat-padatnya. Semua informasi yang diperlukan pembaca harus sudah tertampung di dalamnya. Dalam istilah jurnalistik, artinya ia harus memenuhi syarat 5 W + 1 H sudah mampu menjawab pertanyaan apa (what), siapa (who), di mana (where), kapan (when), mengapa/apa sebabnya (why), dan bagaimana/apa akibatnya (how). Bahasa jumalistik yang padat, juga harus menghindari keterangan-keterangan yang tidak perlu, membuang kata-kata yang dianggap mubazir, dan memegang teguh prinsip ekonomi kata.

Penerapannya dalam tulisan yakni menggunakan kalimat pendek dan menghindarkan sejauh mungkin pemakaian bentuk majemuk. Dalam unsur kata, yakni dengan menghilangkan kata mubazir dan memilih istilah yang pendek (Anwar, 1979: 20). Efisiensi bahasa harus diperhatikan oleh jurnalis. Ini perlu karena surat kabar harus menghemat halaman. Jurnalis harus memilih dalam pengungkapan pikiran, gagasan, ide, dan obsesi-obsesinya yang tersingkat dengan menghindari kata yang berlebih (Badudu, 1992: 78).

Contohnya:
Jalannya pemungutan suara di lembaga pemasyarakatan menarik
perhatian seorang pengamat asing berkebangsaan Jepang. Dia tertarik menyaksikan pemungutan suara karena di Jepang mereka yang berstatus narapidana tidak mempunyai hak pilih dalam Pemillu. (Kompas, 30 Mei 1997).

Kalimat di atas dapat menyampaikan informasi yang padat dan lengkap tentang pemungutan suara yang berlangsung di lembaga pemasyarakatan di Indonesia. Hal ini berarti dapat menjawab pertanyaan: apa, siapa, di mana, kapan, mengapa/apa sebabnya, dan bagaimana/apa akibatnya.


c. Sederhana
Bahasa jurnalistik yang sederhana, artinya bahasa jurnalistik harus
sedapat-dapatnya memilih kalimat tunggal yang sederhana. Kalimat tersebut bukan kalimat-kalimat majemuk yang panjang, rumit, dan kompleks, apalagi sampai beranak bercucu. Kalimat yang efektif, yang praktis, yang jurnalistis ialah kalimat yang sederhana dengan pemakaian/pemilihan kata yang secukupnya saja, tidak berlebihan, dan berbunga-bunga (bombastis). Membuang kata yang mubazir asal tidak mengubah makna informasi tentu tidak dilarang. Tindakan membuang kata yang mubazir ini merupakan langkah yang efektif dan menimbulkan efisiensi kalimat (Siregar, 1987: 136).
Contohnya:
Tim bulutangkis Indonesia gagal memenuhi ambisi memboyong Piala Sudirman
ke tanah air, setelah semalam menyerah 2-3 pada juara bertahan Cina, dalam pertarungan semifinal di Seotstoun Leisure Centre Glasgow, Skotlandia. (Suara Karya 24 Mei 1997).

Kalimat di atas merupakan kalimat yang tidak sederhana. Kalimat sederhana merupakan kalimat tunggal, bukan kalimat majemuk. Contoh tersebut merupakan kalimat majemuk dan kompleks. Adapun contoh kalimat sederhana seperti berikut:
Tidak benar kemenangan Golkar dalam pemilu hanya untuk
mempertahankan status quo. Tak benar pula Golkar tak suka pada pembaruan. Lebih tak benar lagi Golkar membiarkan korupsi, kolusi, dan penyimpangan lainnya. (Suara Karya, 24 Mei 1997). Ketiga contoh kalimat tersebut merupakan kalimat tunggal. Ini berarti kalimat sederhana yang dipakai jumalis dalam menyampaikan informasi kepada pembaca: Tak benar Golkar mempertahankan status quo, tak benar Golkar tak suka pada pembaruan, dan seterusnya.

d. Lugas
Bahasa jumalistik harus lugas, artinya ia hams mampu menyampaikan
pengertian atau makna informasi secara langsung, dengan menghindarkan bahasa.yang berbunga-bunga (bombastis).
Contohnya:
Pihak penyelenggara SEA Games XIX menetapkan akan menyiapkan
204 unit sedan untuk melayani kebutuhan transportasi tamu-tamu VIP/VVIP pada pelaksanaan pesta olahraga Asia Tenggara itu di Jakarta, 11-19 Oktober mendatang. (Suara Karya, 24 Mei 1997).
Terbukti bahwa kalimat yang lugas menyampaikan informasi secara
langsung, tanpa berbunga-bunga (bombastis). Hal ini ditunjukkan dengan menyampaikan fakta bahwa penyelenggara SEA Games akan menyiapkan 204 unit sedan untuk melayani kebutuhan transportasi para tamu VIP. Dalam kalimat tersebut digunakan informasi apa adanya dan langsung (to the point).


e. Menarik
Bahasa jumalistik harus menarik, artinya bahasa jur
nalistik selalu memakai kata-kata yang masih hidup, tumbuh, dan bekembang, menghindari kata-kata dan ungkapan-ungkapan klise dan yang sudah mati. Tuntutan menarik inilah yang membuat bahasa jumalistik harus selalu mengikuti perkembangan bahasa yang hidup di tengah-tengah masyarakat, termasuk menarik yang baru muncul. Dengan demikian, dalam hal demikian dalam hal kosakata bahasa bahasa jurnalistik memang harus lebih longgar luwes dan bahkan dituntut untuk bisa menjadi pelopor pemasyarakatan dan pembakuan kata dan istilah baru yang dapat memperkaya kosakata dan istilah bahasa Indonesia.

Contohnya:
Semua program membutuhkan pemikiran dan mekanisme organisasi
secara lebih tertib... Nila Ardhianie terpilih sebagai Direktur Eksekutif. la membawahi divisi lingkungan, divisi anak, dan divisi kesehatan masing-masing. Divisi-divisi ini diperkuat sejumlah field worker. (Suara Karya, 24 Mei 1997).

Kemenarikan bahasa jurnalistik seperti contoh di atas ditunjukkan dengan digunakannya kata-kata yang masih hidup, baru, dan berkembang dalam masyarakat, seperti pemakaian kata eksekutif, divisi, mekanisme, organisasi, dan lain-lain. Hal ini juga akan memperkaya kosakata dan perkembangan bahasa Indonesia, sesuai dengan peranan pers sebagai salah satu pembina bahasa Indonesia.

f. Jelas

Bahasa jurnalistik harus jelas, artinya informasi-informasi yang disampaikan jurnalis dengan mudah dapat dipahami oleh khalayak umum (pembaca). Dengan demikian, struktur kalimatnya harus benar dan tidak menimbulkan penyimpangan pengertian/makna, menghindari ungkapan bersayap atau bermakna ganda (ambigu). Oleh karena itu, ditekankan agar bahasa jurnalistik memakai kata-kata yang bermakna denotatif. Kendati demikian, seperti telah disinggung di muka, Rosihan Anwar, J.S. Badudu, Ras Siregar, dan sejumlah pakar bahasa dan jurnalistik lainnya sepakat dan sependapat bahwa bahasa jurnalistik tetap didasarkan pada bahasa baku serta norma-norma, dan kaidah-kaidah bahasa Indonesia.
Contohnya:
Mempertentangkan kepemilikan pribumi dan non-pribumi (pri dan
nonpri) tak ada gunanya. Bahkan akan menggerogoti kekuatan dan daya saing bangsa secara keseluruhan. (Republika, 23 Mei 1997).
Kalimat di atas jelas maknanya sebab tidak menimbulkan makna yang
ambigu (taksa). "Mempertentangkan kepemilikan pribumi dan nonpribumi akan menggerogoti kekuatan dan daya saing bangsa". ltulah makna kalimat yang jelas, sehingga kalimat tersebut mengikuti aturan yang berlaku dalam bahasa baku.


C. Bahasa Indonesia Ragam Jurnalistik


I. Berpedoman pada Bahasa Baku

Bahasa jurnalistik yang ditulis dalam bahasa Indonesia juga harns dapat
dipahami oleh pembaca di seluruh nusantara. Bahasa Indonesia juga mengenal berbagai ragam bahasa, termasuk dialek. Bila surat kabar, majalah, tabloid, dan sebagainya menggunakan bahasa Indonesia dengan salah satu dialek tertentu, besar kemungkinannya tulisan dalam surat kabar/majalah tersebut tidak dapat dipahami oleh pembaca di seluruh nusantara. Seperti dikemukakan oleh J.S. Badudu, bahasa baku, baik lisan maupun tulisan dipakai oleh golongan masyarakat yang paling luas pengaruhnya dan paling besar wibawanya.

Contohnya:
PLN sebagai penyedia layanan publik tentu harus bertanggung jawab
atas kerugian itu. Terlebih, sumber kerusakan sebenarnya sudah diketahui empat hari sebelumnya, bahkan hari pemadaman pun sudah direncanakan dan diatur PLN. (Republika, 23 Mei 1997). Bahasa Indonesia baku itulah yang seharusnya digunakan dalam bahasa jumalistik agar dapat dipahami oleh pembaca di seluruh tanah air. Karena itu, bahasa jurnalistik sama sekali tidak berbeda dengan bahasa Indonesia baku, bahasa Indonesia yang digunakan dalam komunikasi resmi: pidato resmi kenegaraan, surat-menyurat resmi, menulis laporan resmi, menulis buku ajar, makalah (paper), skripsi, tesis, disertasi, undang-undang, peraturan pemerintah, dan sebagainya. Jadi, kalau pada kenyataannya ada sedikit perbedaan antara bahasa jurnalistik dengan bahasa Indonesia baku, bukan pada hakikatnya memang hams berbeda. Akan tetapi, perbedaan itu lebih disebabkan oleh faktor-faktor yang bersifat teknis di samping kurangnya kemampuan berbahasa para jurnalis dan redaktur surat kabar yang bersangkutan.


2. Bahasa yang Digunakan Efektif dan Efisien
Bahasa yang efektif ialah bahasa yang mencapai sasaran yang
dimaksudkan (Moeliono, 1993: I). Bahasa Indonesia jurnalistik yang efektif membuahkan hasil atau efek yang diharapkan pembicaraan karena cocok atau relevan dengan peristiwa atau sesuai dengan keadaan yang menjadi latarnya. Bahasa Indonesia jurnalistik yang efisien ialah bahasa yang mengikuti kaidah.

 

NOTE

Menurut saudara seberapa penting bahasa Indonesia Jurnalistik menjadi pedoman dalam pemahaman jurnalis dalam membuat berita, tuliskan jawaban dikolom komentar beserta NPM Saudara

1 komentar: