Indonesia merupakan negara yang besar
dengan jumlah penduduk 200 juta lebih. Dari 200 juta lebih penduduk Indonesia,
ada satu orang pemuda berparas cantik yang mempunyai prestasi yang membanggakan
di kancah internasional. Pemuda yang bernama Lyanda Pamela ini mengikuti
program Indonesia Canada Youth Exchange Program (ICYP) yang diselenggarakan
oleh Kementerian Pemuda dan Olahraga pada tahun 2014 yang lalu. Program ini
merupakan program pertukaran pemuda yang tujuannya difokuskan pada bidang
community development, volunteering activity, dan youth powerman. Harapan dari
program ini nantinya peserta dari Indonesia dan Kanada dapat membuat suatu
social project yang bisa diterapkan dan bermanfaat di komunitas mereka atau pun
masyarakat.
Mahasiswa
jurusan bahasa inggris ini sudah dari kecil sangat menyukai bahasa Inggris.
Dari SMP sampai SMA dia selalu mengikuti lomba debat bahasa Inggris. Tak hanya
batas itu saja, sampai duduk di bangku perkuliahan pun dia masih mengikuti
lomba debat tersebut. Sampai akhirnya dia mengikuti seleksi Pertukaran Pemuda
Antar Negara (PPAN) yang diselenggarakan Kemenpora dengan pemikiran bahwa hal
ini yang akan menjadi latihan yang bagus untuk dirinya dalam bidang bahasa
Inggris, sehingga nantinya dia bisa belajar bahasa Inggris ini langsung dari
penutur aslinya. Dengan semangat belajarnya yang tinggi inilah sehingga
perempuan cantik ini lolos seleksi program Indonesia Kanada.
Sebelum
berangkat ke Kanada, para pemuda yang lolos seleksi diberikan training selama
10 hari. Training ini bernama Pre-departure Training, dimana perempuan yang
disapa Lyanda ini bersama teman-temannya diberikan pelatihan untuk menjadi
perwakilan Indonesia Kanada, mempelajari budaya, belajar tentang bergaul,
beretika, dan yang lain-lainya. Lyanda bersama teman-temannya berangkat ke
Kanada sekitar tanggal 7 Oktober 2014. Di Kanada, mereka berada di Nanaimo, BC,
Columbia.
Dalam
program Indonesia Kanada ini ada dua fase, yaitu fase Kanada dan Indonesia,
dimana dalam waktu 3 bulan Lyanda berada di Kanada dan 3 bulan berikutnya
berada di Indonesia sehingga dia mengambil cuti satu tahun untuk mengikuti
program ini. Selama di Kanada, dia bukan hanya mengasah kemampuan belajar
bahasa Inggris saja tetapi juga belajar mengenai budaya, mengenai pemikiran-pemikiran
orang di luar sana yang berbeda dari kita, belajar mengenai keadaan sosial
mereka.
Perempuan
kelahiran Curup 30 Januari 1995 ini mendapatkan pengalaman bekerja pertama kali
di Kanada. Dia bekerja di suatu tempat makan untuk para gelandangan dan yang
membutuhkan secara gratis. Lyanda pun juga bekerja di salah satu event
organizer untuk aktivitas menari. Dan dari sana juga lah dia mendapatkan banyak
keterampilan karena di event organizer tersebut dia bekerja sebagai promotor.
Selama 3 bulan dia bekerja disana , ada banyak kegiatan sosial yang dilakukan,
salah satunya bottle drive. Kemudian ada beberapa kali melakukan cultural
performance (penampilan kebudayaan) yang menuntut Lyanda dan teman-temannya
untuk bisa menari, menyanyi, dan menguasai bahasa Indonesia untuk dipromosikan
di Kanada.
Setelah
fase Kanada berakhir, Lyanda bersama teman-temannya kembali lagi ke Indonesia
pada tanggal 8 Januari 2015. Disinilah dia dan teman-temannya memulai fase
kedua yang dilaksanakan di Pulau Kelapa, Kepulauan Seribu, Provinsi DKI
Jakarta. Di Pulau Kelapa ini mereka mempunyai dia bersama teman-temannya
mempunyai beberapa project, diantaranya ada penanaman mangrove, kegiatan
olahraga untuk masyarakat dan anak-anak, pembuatan papan-papan himbauan
kebersihan, dan sosialisasi di sekolah maupun puskesmas mengenai cara hidup
yang lebih sehat, bagaimana cara mengolah sampah yang baik. Lyanda dan
teman-temannya juga mengaktifkan kembali kegiatan yang telah vakum di Pulau
Kelapa, yaitu Jumat bersih. Jumat bersih adalah kegiatan gotong royong
masyarakat di Pulau Kelapa.
Perempuan
cantik berdarah Curup ini kembali ke Bengkulu lebih cepat dari jadwal yang
ditentukan karena ibunya meninggal dunia. Jadi, beberapa hari dia pulang ke
Bengkulu setelah itu kembali lagi ke Pulau Kelapa untuk menyelesaikan
programnya. Setelah program ini berakhir, Lyanda dan teman-temannya membuat
post program activity di daerah mereka masing-masing. Post program activity ini
semacam proyek sosial yang haruus dilakukan apabila telah selesai program
pertukaran tersebut.
Post
program activity yang dijalankan oleh Lyanda adalah cultural class (kelas
budaya) untuk anak-anak di panti asuhan. Disini anak-anak tersebut diajarkan
mengenai budaya di Indonesia, khususnya Bengkulu. Program ini sudah berjalan
satu bulan setengah dan di akhir kelas ini nanti diharapkan anak-anak tersebut
dapat menampilkan bakat-bakat mereka di depan orang banyak.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar