Sabtu, 20 Juni 2015

Lyanda Pamela, dengan Prestasi di Kancah Internasional




              Indonesia merupakan negara yang besar dengan jumlah penduduk 200 juta lebih. Dari 200 juta lebih penduduk Indonesia, ada satu orang pemuda berparas cantik yang mempunyai prestasi yang membanggakan di kancah internasional. Pemuda yang bernama Lyanda Pamela ini mengikuti program Indonesia Canada Youth Exchange Program (ICYP) yang diselenggarakan oleh Kementerian Pemuda dan Olahraga pada tahun 2014 yang lalu. Program ini merupakan program pertukaran pemuda yang tujuannya difokuskan pada bidang community development, volunteering activity, dan youth powerman. Harapan dari program ini nantinya peserta dari Indonesia dan Kanada dapat membuat suatu social project yang bisa diterapkan dan bermanfaat di komunitas mereka atau pun masyarakat.
            Mahasiswa jurusan bahasa inggris ini sudah dari kecil sangat menyukai bahasa Inggris. Dari SMP sampai SMA dia selalu mengikuti lomba debat bahasa Inggris. Tak hanya batas itu saja, sampai duduk di bangku perkuliahan pun dia masih mengikuti lomba debat tersebut. Sampai akhirnya dia mengikuti seleksi Pertukaran Pemuda Antar Negara (PPAN) yang diselenggarakan Kemenpora dengan pemikiran bahwa hal ini yang akan menjadi latihan yang bagus untuk dirinya dalam bidang bahasa Inggris, sehingga nantinya dia bisa belajar bahasa Inggris ini langsung dari penutur aslinya. Dengan semangat belajarnya yang tinggi inilah sehingga perempuan cantik ini lolos seleksi program Indonesia Kanada.
            Sebelum berangkat ke Kanada, para pemuda yang lolos seleksi diberikan training selama 10 hari. Training ini bernama Pre-departure Training, dimana perempuan yang disapa Lyanda ini bersama teman-temannya diberikan pelatihan untuk menjadi perwakilan Indonesia Kanada, mempelajari budaya, belajar tentang bergaul, beretika, dan yang lain-lainya. Lyanda bersama teman-temannya berangkat ke Kanada sekitar tanggal 7 Oktober 2014. Di Kanada, mereka berada di Nanaimo, BC, Columbia.
            Dalam program Indonesia Kanada ini ada dua fase, yaitu fase Kanada dan Indonesia, dimana dalam waktu 3 bulan Lyanda berada di Kanada dan 3 bulan berikutnya berada di Indonesia sehingga dia mengambil cuti satu tahun untuk mengikuti program ini. Selama di Kanada, dia bukan hanya mengasah kemampuan belajar bahasa Inggris saja tetapi juga belajar mengenai budaya, mengenai pemikiran-pemikiran orang di luar sana yang berbeda dari kita, belajar mengenai keadaan sosial mereka.
            Perempuan kelahiran Curup 30 Januari 1995 ini mendapatkan pengalaman bekerja pertama kali di Kanada. Dia bekerja di suatu tempat makan untuk para gelandangan dan yang membutuhkan secara gratis. Lyanda pun juga bekerja di salah satu event organizer untuk aktivitas menari. Dan dari sana juga lah dia mendapatkan banyak keterampilan karena di event organizer tersebut dia bekerja sebagai promotor. Selama 3 bulan dia bekerja disana , ada banyak kegiatan sosial yang dilakukan, salah satunya bottle drive. Kemudian ada beberapa kali melakukan cultural performance (penampilan kebudayaan) yang menuntut Lyanda dan teman-temannya untuk bisa menari, menyanyi, dan menguasai bahasa Indonesia untuk dipromosikan di Kanada.
            Setelah fase Kanada berakhir, Lyanda bersama teman-temannya kembali lagi ke Indonesia pada tanggal 8 Januari 2015. Disinilah dia dan teman-temannya memulai fase kedua yang dilaksanakan di Pulau Kelapa, Kepulauan Seribu, Provinsi DKI Jakarta. Di Pulau Kelapa ini mereka mempunyai dia bersama teman-temannya mempunyai beberapa project, diantaranya ada penanaman mangrove, kegiatan olahraga untuk masyarakat dan anak-anak, pembuatan papan-papan himbauan kebersihan, dan sosialisasi di sekolah maupun puskesmas mengenai cara hidup yang lebih sehat, bagaimana cara mengolah sampah yang baik. Lyanda dan teman-temannya juga mengaktifkan kembali kegiatan yang telah vakum di Pulau Kelapa, yaitu Jumat bersih. Jumat bersih adalah kegiatan gotong royong masyarakat di Pulau Kelapa.
            Perempuan cantik berdarah Curup ini kembali ke Bengkulu lebih cepat dari jadwal yang ditentukan karena ibunya meninggal dunia. Jadi, beberapa hari dia pulang ke Bengkulu setelah itu kembali lagi ke Pulau Kelapa untuk menyelesaikan programnya. Setelah program ini berakhir, Lyanda dan teman-temannya membuat post program activity di daerah mereka masing-masing. Post program activity ini semacam proyek sosial yang haruus dilakukan apabila telah selesai program pertukaran tersebut.
            Post program activity yang dijalankan oleh Lyanda adalah cultural class (kelas budaya) untuk anak-anak di panti asuhan. Disini anak-anak tersebut diajarkan mengenai budaya di Indonesia, khususnya Bengkulu. Program ini sudah berjalan satu bulan setengah dan di akhir kelas ini nanti diharapkan anak-anak tersebut dapat menampilkan bakat-bakat mereka di depan orang banyak.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar